TUGAS TULISAN IBD
“Mengenal Kegelisahan Yang di Alami Oleh
Remaja ”
Disusun oleh :
Syifa Wati (1EA04)
(17212273)
Nama : Syifa Wati
Kelas : 1EA04
NPM : 17212273
Tema :
Mengenal kegelisahan yang di alami oleh manusia baik pada tingkat umur
tertentu
Judul :
Mengenal
Kegelisahan Yang di Alami Oleh Remaja
Pengertian kegelisahan
Kegelisahan
berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tentram dihati maupun pikiran,
selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan
merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati , perbuatan
maupun pikirannya. Merasa kawatir, tidak
tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan,mundar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukan kepala memandang jauh kedepan sambil mengepal-ngepal tangannya, duduk termenung sambil memegang kepalanya, duduk dengan wajah murung atau sayu, malas bicaran dan lain-lain.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan,mundar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukan kepala memandang jauh kedepan sambil mengepal-ngepal tangannya, duduk termenung sambil memegang kepalanya, duduk dengan wajah murung atau sayu, malas bicaran dan lain-lain.
Kegelisahan
merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan
sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan. Kekawatiran ataupun
ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkait juga dengan masalah
frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami
frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.
Sigmund Freud ahli
psikoanalisa berpendapat bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia
yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik dan kecemasan moril.
1.
Kecemasan Obyektif
Kecemasan tentang
kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu
bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang
yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbul kecemasan
mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisi
kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda
tertentu dari lingkungannya.
Kenyataan yang pernah dialami seseorang misalnya pernah terkejut waktu diketahui dipakaiannya ada kecoa. Keterkejutan itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan, seseorang wanita yang pernah diperkosa oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pernah memperkosanya. Kecemasan akibat dari kenyataan yang pernah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. Karena seseorang tidak mampu mengatasinya waktu itu, terjadilah kemudian yang disebut stess. Kecemasan yang dialami oleh seorang bayi atau anak kecil sangat berkesan akan nampak kembali pada waktu ia sudah dewasa, misalnya ia mendapat perlakuan yang kejam dari ayahnya. Mungkin ia selalu cemas bila berhadapan dengan orang yang seusia ayahnya, tetapi ada pula yang memberikan reaksi membalik, karena ia mendendam, maka ia berusaha selalu untuk ganti berbuat kejam sebagai pelampiasannya.
Kenyataan yang pernah dialami seseorang misalnya pernah terkejut waktu diketahui dipakaiannya ada kecoa. Keterkejutan itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan, seseorang wanita yang pernah diperkosa oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pernah memperkosanya. Kecemasan akibat dari kenyataan yang pernah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. Karena seseorang tidak mampu mengatasinya waktu itu, terjadilah kemudian yang disebut stess. Kecemasan yang dialami oleh seorang bayi atau anak kecil sangat berkesan akan nampak kembali pada waktu ia sudah dewasa, misalnya ia mendapat perlakuan yang kejam dari ayahnya. Mungkin ia selalu cemas bila berhadapan dengan orang yang seusia ayahnya, tetapi ada pula yang memberikan reaksi membalik, karena ia mendendam, maka ia berusaha selalu untuk ganti berbuat kejam sebagai pelampiasannya.
2. Kecemasan Neoritis (syaraf)
Kecemasan ini
timbil kareana pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud,
kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni :
Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu yang hebat akan terjadi.
Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu yang hebat akan terjadi.
Bentuk ketakutan
yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah bentuk
intensitet ketakutan melebihi proporsi yang sebenarnya dari obyek yang
ditakutkannya, misal seorang gadis takut memegang benda yang terbuat dari
karet. Ia tidak mengetahui sebab ketakutan tersebut, setelah dianalisis, ketika
masih kecil dulu ia sering diberi balon karet ayahnya, satu untuk dia dan satu
untuk adiknya. Dalam suatu pertengkaran ia memecahkan balon adiknya, sehingga
ia mendapat hukuman yang keras dari ayahnya. Hukuman yang didapatnya dan
perasaan bersalah menjadi terhubung dengan balon karet.
Rasa takut lain aialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan diri yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neoritis yang sangat menyakitkan dengan jalan sesuatu yang dikehendaki oleh id meskipun ego dan superego melarangnya
Rasa takut lain aialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan diri yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neoritis yang sangat menyakitkan dengan jalan sesuatu yang dikehendaki oleh id meskipun ego dan superego melarangnya
3.
Kecemasan moril
Kecemasan moril disebabkan
karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi antara
lain : iri, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa kurang.
Rasa iri, benci, dendam, itu
merupakan sebagaian dari pernyataan individu secara keseluruhan berdasarkan
konsep kurang sehat. Oleh karena itu sering alasan untuk iri, benci, dengki itu
kurang dapat dipahami.
Sifat-sifat seperti ini adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah dan putus asa. Misal seseorang yang merasa dirinya kurang cantik, maka pergaulannya ia terbatas kalau tidak tersisihkan sementara itu ia pun tidak berprestasi dalam berbagai kegiatan, sehingga kawan-kawannya lebih dinilai sebagai lawan. Ketidak mampuannya menyamai kawan-kawannya demikian menimbulkan kecemasan moril.
Sifat-sifat seperti ini adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah dan putus asa. Misal seseorang yang merasa dirinya kurang cantik, maka pergaulannya ia terbatas kalau tidak tersisihkan sementara itu ia pun tidak berprestasi dalam berbagai kegiatan, sehingga kawan-kawannya lebih dinilai sebagai lawan. Ketidak mampuannya menyamai kawan-kawannya demikian menimbulkan kecemasan moril.
Sering kali di
dalam kalangan remaja banyak terdapat masalah yang membuat mereka gelisah atau
cemas , banyak faktor-faktor yang membuat mereka gelisah.
Remaja sering
kali dianggap sebagai kelompok yang “aneh”, karena dalam kehidupanya kelompok
ini sering menganut kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berbeda atau
bertentangan dengan kaidah-kaidah dan
nilai yang dianut orange dewasa terutama orang tuanya. Ditinjau dari segi usia tidak mudah menentukan secara
pasti, siapa yang dianggap sebagai kelompok remaja ini, namun pada umumnya,
masyarakat berpendapat bahwa kelompok remaja terbagi menjadi menjadi dua yaitu remaja awal dan remaja
akhir.Golongan remaja awal (early
adolescence) adalah kelompok anak yang berusia 13-17 tahun, sedang remaja
akhir adalah mereka yang berusia 17-18 tahun ke atas sampai menginjak masa
dewasa awal.
Dilihat dari
dimensi usia dan perkembangannya, Nampak bahwa kelompok ini tergolong kelompok
“transisional” (masa peralihan) dalam pengertian remaja merupakan dekade yang
bersifat sementara yaitu rentang waktu
antara usia anak-anak dengan usia
dewasa, sehingga bisa dipahami bahwa pada setiap periode transisi selalu ada
gejolak dan badai yang menyertai perubahan. Dan masa transisi ini pulalah yang
mengakibatkan remaja setelah mengalami gejolak dalam mencari identitasnya,
meskipun gejolak pada setiap remaja memiliki kuantitas dan kualitas yang
berbeda. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepribadian transisi dengan berbagai ciri utama sebagai
berikut :
1. Perkembangan phisik yang pesat sehingga
perbedaan cirri phisik antara laki-laki dan wanita semakin tegas.
2. Keinginan yang kuat mengadakan interaksi
social dengan kalangan yang lebih dewasa untuk memperoleh pengakuan bahwa
mereka sudah termasuk kelompok dewasa.
3. Memiliki keinginan kuat untuk
mendapatkan kepercayaan dari kalngan orange dewasa walaupun secara relative,
tanggung jawab yang ada pada mereka
masih belum mantap.
4. Mulai memikirkan kehidupan secara
mandiri baik secara social, ekonomis maupun politis dan phisikis, dengan
mengutamakan kebebasan emosional dari pihak orange dewasa.
5. Adanya perkembangan intelektualitas yang
akan digunakan untuk mendapatkan identitas diri,
6. Menginginkan sistem, kaidah dan nilai yang
serasi dengan kebutuhan yang diinginkannya, yang sering kali tidak seiring
dengan kaidah yang dianut oleh orange dewasa.
Berbagai
saluran pelepas ketegangan diciptakan oleh kelompok remaja untuk dapat
mengurangi kegelisahan yang dialami, misalnya dengan cara membunyikan radio
keras-keras, tertawa terbahak-bahak, begadang dengan sesame teman, ngebut dan
sebagainya. Disamping itu kelompok ini serin g juga mengembangkan bahasa khusus
yang sulit di mengerti oleh kelompok di luar per groubnya. Hal-hal tersebut di
atas merupakan gejala yang biasa muncul pada kelompok-kelompok remaja pada
umumnya.
Hasil
penelitian menunjukikan bahwa bimbingan yang bersifat persuasif dari orang tua,
lebih di perlukan dan lebih efektif disbanding penekanan yang sering kali menjadi
penyebab konflik berkepanjanagn antara kelompok remaja dengan orange tua.
Problem
dalam kehidupan Sosial Remaja.
Secara umum kehidupan social yang sangat berarti pada
kehidupan kelompok remaja adalah hubungan dengan peer groupnya, hal ini tidak
berarti bahwa lingkungan social yang
lain dapat diabaikan begitu saja, karena kelompok remaja juga selalu berada
dalam konteks masyarakat yang luas dan kompleks, sehingga pembahasaan akan
difokuskan pada hubungan remaja dengan lingkungan sosialnya, hubungan dengan
orange tua, guru serta hubungan dengan
rekan sesama remaja.
a.
Remaja dan lingkungan sosialnya
Perkembangan kepribadian seseorang termasuk remaja merupakan
hasil hubungan dan pengaruh timbale balik secara terus-menerus antara pribadi dan
lingkunganya, lingkungan sosila bagi kelompok remaja merupakan sumber inspirasi
yang dapat memberikan kekuatan dan kekuatan phisik maupun kesehatan mental yang
dapat merupakan upaya mencegah timbulnya gangguan perkembangan kepribadian.
Sebaliknya lingkungan social yang tidak sehat, dapat pula menimbulkan ganguan
pada kepribadian sesorang yang menyebabkan ganguan dalam kesejahteraan
mentalnya. Pendidikan diharapkan dapat mengatasi kesulitan remaja sehingga
perkembangan kepribadiannya dapat berlangsung dengan baik.
b.
Hubungan remaja dengan orange tua
Dalam kehidupan keluarga seringkali muncul konflik antara
orange tua dengan anak-anak yang telah menginjak remaja. Masalah-masalah yang
dihadapi remaja dengan orange tuanya seringkali disebabkan oleh hambatan
komunikasi yang terjadi antara kedua belah pihak.
Faktor-faktor
yang ditengarai dapat menjadi penghambat kumunikasi tersebut diantarnya adalah:
-
Orange tua biasanya merasa mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari
kedudukan anak yang menginjak remaja, sebagai akibat terjadi benturan nilai
antara remaja yang mulai merasa dewasa dengan orange tua yang mengggunakan
otoritas yang berlebihan.
-
Orang tua dan remaja tidak memperguang tnakan bahasa yang sama, sehingga
sering menimbulkan salh paham, orang tua sering hanya memberikan informasi
tanpa ikut serta memecahkan maslah yang dihadapi remaja.
-
Karena kesibukan masing-masing , seringkali komunikasi antara orang tua
dengan remajanya hanya terjadi dalam waktu yang singkat dan lebih banyak bersifat formal.
-
Dalam keluarga seringkali remaja kurang diberi kesempatan dan kebebasan
untuk mengembangkan kreativitasnya serta mengemukakan ide secara bebas
-
Perbedaan kepentingan sering kali juga dapat menimbulakan adanya
ketegangan dan konflik, karena munculnya perbedaan criteria dalam memandang
sesuatu permasalahan.
Hambatan –
hambatan komuniksi dapat ditanggulangi dengan
inisiatif yang seyogyanya dating dari orange tua untuk mendidik
anak-anak dengan “ apa yang mereka inginkan. sebaliknya membiarkan anak tumbuh
dan berkembang sesuai dengan keinginan mereka juga bukan merupakan hal yang
bijak bimbingan melalui dialog diskusi, analisis dan pertimbangan dalam setiap
permasalahan perlu selalu dilakukan.
Anak lebih mudah
menerima bimbingan dengan contoh konkrit dan bukan sekedar informasi.
c.
Hubungan remaja dengan sekolah dan Guru.
Problem yang muncul pada kehidupan remaja dalam lingkungan
sekolah sering kali termanifestasi dalam bentuk kesulitan dalam menghadapi pelajaran
sekolah, baik dalan lisan, tilsan maupun penyelesaian tugas. Keluhan semacam
ini timbul semata-mata karena reaksi spontan terhadap suatu keadaan, tetapi
biasanya merupakan akibat dari satu rangkaian peristiwa yang sedang berlangsung
lama dab berlarut-larut.
Remaja
yang mengalamai problem di sekolah pada uymumnya mengemukaan keluhan bahwa
mereka tidak ada minat terhadap pelajaran dan bersikap acuh tak acuh, prestasi
belajar menurun kemudian timbul sikap-sikap dan perilaku yang tidak diinginkan
seperti memboloa, melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi dsb. Hal ini
dapat dilihat dari berbagai dimensi penyebab yaitu faktor-faktor negative di
antaranya adalah:
-
Kurang adanya kematanmgan phisik, mental dan emosi sesuai dengan teman
sebaya dan harapan social.
-
Adanya hambatan phisik atau kelainan organism, baik pendengaran
penglihatan, cacat tubuh dan sebagainya.
-
Kemampuan yang kurang atau justru terlalu tinggi.
-
Adanya hambatan atau gangguan emosi akibat tekanan dari orange dewasa
khususnya guru sebagai pendidikan di sekoah.
Untuk itu guru
dalam proses belajar mengajar hendaknya dapat memilih dan menggunakan teknik mengajar yang dapat
meningkatkatkan peran serta (partisipasi) remaja didalam kelas. Kemudian guru
juga diharapkan dapat berupaya untuk meningkatkan kemandirian berpikir dan
berpendapat, dengan diskusi atau pembelajaran komunikasi dua arah, disamping
itu perlu pemahaman guru terhadap problem-problem umum remaja. khususnya
berkaitan dengan perkembangan remaja.
d.
Hubungan remaja dalam kehidupan per group.
Selalu ditekankan bahwa kehidupan remaja dalam peer group
merupakan hal yang sangat penting dalam keseluruhan kehidupan remaja, sehingga
“ rasa diterima” dan dihargai oleh kelompok serta status atau kedudukan di
antara teman sebaya sangan penting, dan sering kali diupayakan dengan berbagai
cara dan upaya. Peer group disekolah ataupun di luar sekolah dapat merupakan
sumber yang dapat menenangkan dan mengarahkan kecenderungan-kjecenderungan destruk
menjadi konstruk.
kecenderungan
untuk menjadi kelompok sebaya sangat kuat sehingga dalam kehidupan peer group
ikatan dan solidaritas antar anggota menjadi kuat dalam menghadapai tantangan
di lingkungan.
Terbentuknya
sistem nilai, sikap, perilaku dan kebiasaan baru banyak diwarnai oleh kelompok
sebaya ini, sehingga pemilihan kelompok sebaya yang tepat akan menjadi menjadi
pendorong dan sumber kematangan kepribadian remaja, sebaliknya akan menyesatkan
apabila kelompok yang dipilih adalah kelompok yang “miskin norma”.
Cara
mengatasi kegelisahan :
- mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa
- adanya interaksi yang baik , baik di keluarga maupun di lingkungan
- melakukan aktivitas yang bermanfaat
- mengkontrol emosi
- menjauhakan diri dari pikiran-pikiran yang negative
- adanya perhatian dari orang tua maupun teman
tanggapan
kegelisahan
yang di alami oleh para remaja sangat banyak di lihat dari berbagai macam
aspek/factor , dan yang banyak terjadi akibat dari pemikiran mereka terhadap
masalah orang tua, terhadap sesama , dan lingkungan.
Kegelisahan
yang terjadi oleh remaja sangat berbeda terhadap kegelisahan yang terjadi pada
orang dewasa. Dan kegelisahan remaja itu lebih mengarah kepada orang tua serta
teman sebayanya , karena orang tua dan teman sebanya itu lah orang-orang yang
dekat dan berinteraksi langsung kepadanya.
Saran :
Sebaiknya
bagi para remaja untuk menghilangkan kegelisahan di dalam dirinya, mereka harus
melakukan hal-hal yang positif , berpikir positif, dan jangan sampai kebawa
oleh emosi atau lebih tepatnya harus bisa mengkontrol emosi dalam dirinya,
jangan mudah terpengaruh kepada kata-kata orang yang membuat diri kalian makin
gelisah , dan yang paling utama dekatkanlah diri kalian kepada Tuhan yang Maha
Esa , karena dengan begtu kalian akan merasa lebih nyaman dan tenang dalam
menghadapi kegelisahan.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar