Kamis, 29 November 2012

Mengenal Kegelisahan Yang di Alami Oleh Remaja




TUGAS TULISAN IBD



Mengenal Kegelisahan Yang di Alami Oleh Remaja ”








Disusun oleh :

Syifa Wati (1EA04)
(17212273)








Nama : Syifa Wati
Kelas : 1EA04
NPM : 17212273

Tema :

Mengenal kegelisahan yang di alami oleh manusia baik pada tingkat umur tertentu


Judul :


Mengenal Kegelisahan Yang di Alami Oleh Remaja


Pengertian kegelisahan

Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tentram dihati maupun pikiran, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati , perbuatan maupun pikirannya.  Merasa kawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan,mundar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukan kepala memandang jauh kedepan sambil mengepal-ngepal tangannya, duduk termenung sambil memegang kepalanya, duduk dengan wajah murung atau sayu, malas bicaran dan lain-lain.
Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan. Kekawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkait juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.


Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik dan kecemasan moril.

1.    Kecemasan Obyektif
Kecemasan tentang kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbul kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda tertentu dari lingkungannya.
Kenyataan yang pernah dialami seseorang misalnya pernah terkejut waktu diketahui dipakaiannya ada kecoa. Keterkejutan itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan, seseorang wanita yang pernah diperkosa oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pernah memperkosanya. Kecemasan akibat dari kenyataan yang pernah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. Karena seseorang tidak mampu mengatasinya waktu itu, terjadilah kemudian yang disebut stess. Kecemasan yang dialami oleh seorang bayi atau anak kecil sangat berkesan akan nampak kembali pada waktu ia sudah dewasa, misalnya ia mendapat perlakuan yang kejam dari ayahnya. Mungkin ia selalu cemas bila berhadapan dengan orang yang seusia ayahnya, tetapi ada pula yang memberikan reaksi membalik, karena ia mendendam, maka ia berusaha selalu untuk ganti berbuat kejam sebagai pelampiasannya.



2. Kecemasan Neoritis (syaraf)
Kecemasan ini timbil kareana pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni :
Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu yang hebat akan terjadi.
Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah bentuk intensitet ketakutan melebihi proporsi yang sebenarnya dari obyek yang ditakutkannya, misal seorang gadis takut memegang benda yang terbuat dari karet. Ia tidak mengetahui sebab ketakutan tersebut, setelah dianalisis, ketika masih kecil dulu ia sering diberi balon karet ayahnya, satu untuk dia dan satu untuk adiknya. Dalam suatu pertengkaran ia memecahkan balon adiknya, sehingga ia mendapat hukuman yang keras dari ayahnya. Hukuman yang didapatnya dan perasaan bersalah menjadi terhubung dengan balon karet.
Rasa takut lain aialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan diri yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neoritis yang sangat menyakitkan dengan jalan sesuatu yang dikehendaki oleh id meskipun ego dan superego melarangnya

3.  Kecemasan  moril
Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi antara lain : iri, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa kurang.
Rasa iri, benci, dendam, itu merupakan sebagaian dari pernyataan individu secara keseluruhan berdasarkan konsep kurang sehat. Oleh karena itu sering alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat dipahami.
Sifat-sifat seperti ini adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah dan putus asa. Misal seseorang yang merasa dirinya kurang cantik, maka pergaulannya ia terbatas kalau tidak tersisihkan sementara itu ia pun tidak berprestasi dalam berbagai kegiatan, sehingga kawan-kawannya lebih dinilai sebagai lawan. Ketidak mampuannya menyamai kawan-kawannya demikian menimbulkan kecemasan moril.


Sering kali di dalam kalangan remaja banyak terdapat masalah yang membuat mereka gelisah atau cemas , banyak faktor-faktor yang membuat mereka gelisah.
Remaja sering kali dianggap sebagai kelompok yang “aneh”, karena dalam kehidupanya kelompok ini sering menganut kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berbeda atau bertentangan dengan kaidah-kaidah dan  nilai yang dianut orange dewasa terutama orang tuanya. Ditinjau  dari segi usia tidak mudah menentukan secara pasti, siapa yang dianggap sebagai kelompok remaja ini, namun pada umumnya, masyarakat berpendapat bahwa kelompok remaja terbagi menjadi  menjadi dua yaitu remaja awal dan remaja akhir.Golongan remaja awal (early adolescence) adalah kelompok anak yang berusia 13-17 tahun, sedang remaja akhir adalah mereka yang berusia 17-18 tahun ke atas sampai menginjak masa dewasa awal.
Dilihat dari dimensi usia dan perkembangannya, Nampak bahwa kelompok ini tergolong kelompok “transisional” (masa peralihan) dalam pengertian remaja merupakan dekade yang bersifat sementara yaitu rentang  waktu antara  usia anak-anak dengan usia dewasa, sehingga bisa dipahami bahwa pada setiap periode transisi selalu ada gejolak dan badai yang menyertai perubahan. Dan masa transisi ini pulalah yang mengakibatkan remaja setelah mengalami gejolak dalam mencari identitasnya, meskipun gejolak pada setiap remaja memiliki kuantitas dan kualitas yang berbeda. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepribadian  transisi dengan berbagai ciri utama sebagai berikut :
1.      Perkembangan phisik yang pesat sehingga perbedaan cirri phisik antara laki-laki dan wanita semakin tegas.
2.      Keinginan yang kuat mengadakan interaksi social dengan kalangan yang lebih dewasa untuk memperoleh pengakuan bahwa mereka sudah termasuk kelompok dewasa.
3.      Memiliki keinginan kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalngan orange dewasa walaupun secara relative, tanggung jawab  yang ada pada mereka masih belum mantap.
4.      Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri baik secara social, ekonomis maupun politis dan phisikis, dengan mengutamakan kebebasan emosional dari pihak orange dewasa.
5.      Adanya perkembangan intelektualitas yang akan digunakan untuk mendapatkan identitas diri,
6.      Menginginkan sistem, kaidah dan nilai yang serasi dengan kebutuhan yang diinginkannya, yang sering kali tidak seiring dengan kaidah yang dianut oleh orange dewasa.

Berbagai saluran pelepas ketegangan diciptakan oleh kelompok remaja untuk dapat mengurangi kegelisahan yang dialami, misalnya dengan cara membunyikan radio keras-keras, tertawa terbahak-bahak, begadang dengan sesame teman, ngebut dan sebagainya. Disamping itu kelompok ini serin g juga mengembangkan bahasa khusus yang sulit di mengerti oleh kelompok di luar per groubnya. Hal-hal tersebut di atas merupakan gejala yang biasa muncul pada kelompok-kelompok remaja pada umumnya.

Hasil penelitian menunjukikan bahwa bimbingan yang bersifat persuasif dari orang tua, lebih di perlukan dan lebih efektif disbanding penekanan yang sering kali menjadi penyebab konflik berkepanjanagn antara kelompok remaja dengan orange tua.

       Problem dalam kehidupan Sosial Remaja.
Secara umum kehidupan social yang sangat berarti pada kehidupan kelompok remaja adalah hubungan dengan peer groupnya, hal ini tidak berarti  bahwa lingkungan social yang lain dapat diabaikan begitu saja, karena kelompok remaja juga selalu berada dalam konteks masyarakat yang luas dan kompleks, sehingga pembahasaan akan difokuskan pada hubungan remaja dengan lingkungan sosialnya, hubungan dengan orange tua, guru  serta hubungan dengan rekan sesama remaja.



a.      Remaja dan lingkungan sosialnya
Perkembangan kepribadian seseorang termasuk remaja merupakan hasil hubungan dan pengaruh timbale balik secara terus-menerus antara pribadi dan lingkunganya, lingkungan sosila bagi kelompok remaja merupakan sumber inspirasi yang dapat memberikan kekuatan dan kekuatan phisik maupun kesehatan mental yang dapat merupakan upaya mencegah timbulnya gangguan perkembangan kepribadian. Sebaliknya lingkungan social yang tidak sehat, dapat pula menimbulkan ganguan pada kepribadian sesorang yang menyebabkan ganguan dalam kesejahteraan mentalnya. Pendidikan diharapkan dapat mengatasi kesulitan remaja sehingga perkembangan kepribadiannya dapat berlangsung dengan baik.

b.      Hubungan remaja dengan orange tua
Dalam kehidupan keluarga seringkali muncul konflik antara orange tua dengan anak-anak yang telah menginjak remaja. Masalah-masalah yang dihadapi remaja dengan orange tuanya seringkali disebabkan oleh hambatan komunikasi yang terjadi antara kedua belah pihak.
Faktor-faktor yang ditengarai dapat menjadi penghambat kumunikasi tersebut diantarnya adalah:
-          Orange tua biasanya merasa mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan anak yang menginjak remaja, sebagai akibat terjadi benturan nilai antara remaja yang mulai merasa dewasa dengan orange tua yang mengggunakan otoritas yang berlebihan.
-          Orang tua dan remaja tidak memperguang tnakan bahasa yang sama, sehingga sering menimbulkan salh paham, orang tua sering hanya memberikan informasi tanpa ikut serta memecahkan maslah yang dihadapi remaja.
-          Karena kesibukan masing-masing , seringkali komunikasi antara orang tua dengan remajanya hanya terjadi dalam waktu yang singkat dan lebih banyak  bersifat formal.
-          Dalam keluarga seringkali remaja kurang diberi kesempatan dan kebebasan untuk mengembangkan kreativitasnya serta mengemukakan ide secara bebas
-          Perbedaan kepentingan sering kali juga dapat menimbulakan adanya ketegangan dan konflik, karena munculnya perbedaan criteria dalam memandang sesuatu permasalahan.
Hambatan – hambatan komuniksi dapat ditanggulangi dengan  inisiatif yang seyogyanya dating dari orange tua untuk mendidik anak-anak dengan “ apa yang mereka inginkan. sebaliknya membiarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan mereka juga bukan merupakan hal yang bijak bimbingan melalui dialog diskusi, analisis dan pertimbangan dalam setiap permasalahan perlu selalu dilakukan.
Anak lebih mudah menerima bimbingan dengan contoh konkrit dan bukan sekedar informasi.

c.      Hubungan remaja dengan sekolah dan Guru.
Problem yang muncul pada kehidupan remaja dalam lingkungan sekolah sering kali termanifestasi dalam bentuk kesulitan dalam menghadapi pelajaran sekolah, baik dalan lisan, tilsan maupun penyelesaian tugas. Keluhan semacam ini timbul semata-mata karena reaksi spontan terhadap suatu keadaan, tetapi biasanya merupakan akibat dari satu rangkaian peristiwa yang sedang berlangsung lama dab berlarut-larut.
Remaja yang mengalamai problem di sekolah pada uymumnya mengemukaan keluhan bahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran dan bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun kemudian timbul sikap-sikap dan perilaku yang tidak diinginkan seperti memboloa, melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi dsb. Hal ini dapat dilihat dari berbagai dimensi penyebab yaitu faktor-faktor negative di antaranya adalah:
-          Kurang adanya kematanmgan phisik, mental dan emosi sesuai dengan teman sebaya dan harapan social.
-          Adanya hambatan phisik atau kelainan organism, baik pendengaran penglihatan, cacat tubuh dan sebagainya.
-          Kemampuan yang kurang atau justru terlalu tinggi.
-          Adanya hambatan atau gangguan emosi akibat tekanan dari orange dewasa khususnya guru sebagai pendidikan di sekoah.
Untuk itu guru dalam proses belajar mengajar hendaknya dapat memilih  dan menggunakan teknik mengajar yang dapat meningkatkatkan peran serta (partisipasi) remaja didalam kelas. Kemudian guru juga diharapkan dapat berupaya untuk meningkatkan kemandirian berpikir dan berpendapat, dengan diskusi atau pembelajaran komunikasi dua arah, disamping itu perlu pemahaman guru terhadap problem-problem umum remaja. khususnya berkaitan dengan perkembangan remaja.


d.      Hubungan remaja dalam kehidupan per group.
Selalu ditekankan bahwa kehidupan remaja dalam peer group merupakan hal yang sangat penting dalam keseluruhan kehidupan remaja, sehingga “ rasa diterima” dan dihargai oleh kelompok serta status atau kedudukan di antara teman sebaya sangan penting, dan sering kali diupayakan dengan berbagai cara dan upaya. Peer group disekolah ataupun di luar sekolah dapat merupakan sumber yang dapat menenangkan dan mengarahkan kecenderungan-kjecenderungan destruk menjadi konstruk.
kecenderungan untuk menjadi kelompok sebaya sangat kuat sehingga dalam kehidupan peer group ikatan dan solidaritas antar anggota menjadi kuat dalam menghadapai tantangan di lingkungan.
Terbentuknya sistem nilai, sikap, perilaku dan kebiasaan baru banyak diwarnai oleh kelompok sebaya ini, sehingga pemilihan kelompok sebaya yang tepat akan menjadi menjadi pendorong dan sumber kematangan kepribadian remaja, sebaliknya akan menyesatkan apabila kelompok yang dipilih adalah kelompok yang “miskin norma”.

Cara mengatasi kegelisahan :
  1. mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa
  2. adanya interaksi yang baik , baik di keluarga maupun di lingkungan
  3. melakukan aktivitas yang bermanfaat
  4. mengkontrol emosi
  5. menjauhakan diri dari pikiran-pikiran yang negative
  6. adanya perhatian dari orang tua maupun teman





tanggapan

kegelisahan yang di alami oleh para remaja sangat banyak di lihat dari berbagai macam aspek/factor , dan yang banyak terjadi akibat dari pemikiran mereka terhadap masalah orang tua, terhadap sesama , dan lingkungan.
Kegelisahan yang terjadi oleh remaja sangat berbeda terhadap kegelisahan yang terjadi pada orang dewasa. Dan kegelisahan remaja itu lebih mengarah kepada orang tua serta teman sebayanya , karena orang tua dan teman sebanya itu lah orang-orang yang dekat dan berinteraksi langsung kepadanya.





Saran :

Sebaiknya bagi para remaja untuk menghilangkan kegelisahan di dalam dirinya, mereka harus melakukan hal-hal yang positif , berpikir positif, dan jangan sampai kebawa oleh emosi atau lebih tepatnya harus bisa mengkontrol emosi dalam dirinya, jangan mudah terpengaruh kepada kata-kata orang yang membuat diri kalian makin gelisah , dan yang paling utama dekatkanlah diri kalian kepada Tuhan yang Maha Esa , karena dengan begtu kalian akan merasa lebih nyaman dan tenang dalam menghadapi kegelisahan.

sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar